Artikel tentang asites pada broiler ini kami hadirkan karena
adanya pertanyaan dari salah seorang peternak broiler di Sumatra Utara. Ingin saya
menulis namun ternyata sudah ada artikel yang isinya saya rasa sudah lengkap
membahas tentang asites tersebut. Berikut tulisan bapak TARMUDJI yang merupakan
peneliti di Balai Penelitian Veteriner Bogor. Pembahasan ini saya bagi menjadi
beberapa bagian agar lebih nyaman untuk dipahami. Semoga bermanfaat…
Asites (water belly)/ busung pada ayam merupakan suatu
timbunan cairan yang tergolong transudat (tidak berhubungan dengan proses
radang) di dalam rongga perut (TABBU, 2002) . Sebelumnya JULIAN (1993)
mengatakan bahwa, asites merupakan gangguan metabolisme yang berhubungan dengan
ketidak mampuan tubuh untuk menyediakan oksigen yang cukup akibat kebutuhan
oksigen yang meningkat. Sementara DIAZ_ et al . (2001), menyebutkan bahwa, asites
adalah semacam penyakit akibat komplikasi banyak faktor yang saling berkaitan
satu sama lain antara produktivitas, penyakit dan lingkungan .
Pada ayam pedaging yang sedang tumbuh, asites sering
menyebabkan kematian akibat kegagalan jantung (ventrikel kanan) dan umumnya
disebabkan oleh sindrorn hipertensi pulmonum (pulmonary hypertension
syndrome/PHS) (CALNEK et al . . 1997). Kasus hipertropi ventrikel kanan dan
kegagalan jantung meningkat pada ayam broiler yang dipelihara di daerah dataran
tinggi dengan temperatur rendah (HASSANZADEH et al., 2002). Penyakit tersebut
dilaporkan terjadi pertama kali pada ayam pedaging yang dipelihara di dataran
tinggi di Bolivia . Setelah itu, kasus yang sama juga dijumpai di Peru,
Meksiko, Afrika Selatan dan di negara-negara lain (CALNEK et. al., 1997).
Pada musim dingin, banyak dijumpai kematian ayam pedaging
akibat asites . Kasus ini dilaporkan oleh ANJUM et al. (1998), dalam studinya
pada 27 peternakan ayam pedaging di Faisalabad, Pakistan selama musim dingin.
Ditemukan adanya ayam yang mati karena asites sebanyak 4,46% dan kematian
maksimurn terjadi pada umur tujuh minggu, hingga 5,95%. Kejadian asites pada
ayam pedaging juga dilaporkan sebanyak 1,4% (0-10%) pada 179 buah peternakan
ayam di Inggris (MAXWELL dan ROBSERTSON, 1997).
Kebutuhan oksigen yang tinggi guna menjamin kecepatan
pertumbuhan merupakan penyebab primer timbulnya hipertensi pulmonum, sehingga
dapat menginduksi terjadinya asites (JULIAN, 1998). Laju pertumbuhan sangat
dipengaruhi oleh faktor genetik dan kemampuan tubuh mensuplai oksigen untuk
proses metabolismenya . Menurut TABBU (2002), ayam pedaging generasi terakhir
terseleksi secara ketat untuk mendapatkan pertumbuhan yang cepat dan telah
dicapai perbaikan untuk mendapatkan laju pertumbuhan sebesar 5% per tahun . Hal
ini dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar yang menginginkan pencapaian
bobot badan ayam optimal dalam waktu yang singkat (OLKOwsKI et al., 1999).
Namun, kemajuan seleksi genetik ini juga diikuti dengan peningkatan kejadian
asites pada industri peternakan ayam pedaging (LUGER et al ., 2001) .
Sejalan dengan perbaikan genetik tersebut, memungkinkan
munculnya titik lemah dari hasil seleksi yaitu :
- Perkembangan embrio pada ayam modern lebih cepat yang menyebabkan tingkat metabolisme fase embrional lebih tinggi .
- Perubahan anatomis terjadi pada volume paru-paru ayam pedaging, yakni 20-30% lebih kecil dibandingkan ayam klasik, dan dinding ventrikel kanan jantung yang lebih tipis, kapasitas kantong hawa lebih kecil akibat terdesak oleh porsi usus, daging dada dan hati lebih besar .
- Ayam modern juga sensitif terhadap stres, toksin dan kasus tumor (TROBOS, 2005) .
- Menurut JULIAN (1989), persentase volume paru-paru dibandingkan bobot tubuhnya, menurun 32% dari 2,02% pada ayam umur sehari (DOC) menjadi 1,38% pada ayam umur 144 hari. Kemungkinan penyebabnya adalah massa otot yang besar dan jenis ayam/genetik ayam. Tidak sebandingnya antara pertambahan dengan perkembangan paru-paru ini dapat menyebabkan kapasitas paru-paru berkurang dan ini merupakan faktor predisposisi terjadinya asites dalam penyediaan oksigen .
Di Indonesia, kasus asites sudah sering didiagnosis di
beberapa peternakan ayam pedaging yang masih dalam tingkat pertumbuhan dan juga
pada itik pedaging (TRI AKOSO, 1993) . Pada ayam pedaging, kasus ini dapat
ditemukan mulai dari ayam umur sehari (DOC) hingga panen, dengan ingkat
keparahan yang berbeda . Ayam jantan lebih peka terhadap asites dibanding
dengan ayam betina, karena kebutuhan oksigen yang tinggi, sehubungan dengan
pertumbuhan yang cepat dan massa otot yang besar . Jenis ayam tertentu,
terutama ayam yang pertumbuhannya sangat cepat dan menghasilkan daging banyak,
lebih sensitif terhadap asites . Selain pada ayam pedaging, asites juga dapat
dijumpai pada ayam petelur (layer) dan pembibitan (breeder) (TABBU, 2002) .
Bersambung…
0 Response to "ASCITES atau ASITES pada Ayam broiler. Penjelasan Lengkap Bagian Pertama"
Post a Comment
semoga bisa bermanfat.