Pentingnya Pengelolaan Temperatur Brooder Untuk Memaksimalkan Performance DOC

Periode awal pertumbuhan ini
merupakan fase kritis (menentukan) dalam industri perunggasan (poultry
bussines) karena berpengaruh saat fase laying (bertelur) pada peternakan GPS,
PS, petelur komersial atau saat panen pada broiler komersial. Periode brooding
biasanya sampai umur 0-14 hari atau lebih, setelahnya tidak memerlukan bantuan
pemanas lagi karena bulu sudah tumbuh dan menutupi tubuh anak ayam.
Brooding merupakan bagian
aktivitas pembesaran (rearing) yaitu “peran menjadi induk ayam” sampai anak
ayam tumbuh bulu dan sudah tidak membutuhkan alat bantu pemanas untuk
memelihara (maintain) temperatur tubuhnya. Aktivitas pembesaran meliputi
brooding, pertumbuhan (growing periode) sampai dewasa kelamin (sexual
maturity).
Dalam prakteknya metode brooding
sangat bervariasi tergantung dari desain kandang serta peralatannya, namun
salah satu faktor penentu adalah temperatur dalam brooder. Faktor lain yang
berpengaruh adalah genetik, suplai pakan, air, temperatur dan kelembaban
lingkungan kandang, ventilasi, proteksi terhadap penyakit dan parasit (Malden C
Neshem, et al 1977).
Temperatur brooder dan sistem
kekebalan Bila pengelolaan temperatur brooder kurang tepat di mana temperatur
brooder jauh di bawah ideal, misalnya 18o C maka temperatur tubuh anak ayam
juga turun, sedangkan bulu-bulu penutup tubuh belum tumbuh maka akan terjadi
kedinginan yang berujung terganggunya pertumbuhan anak ayam karena
termoregulator belum berfungsi.
Penelitian W.A Dozier dan Jim
Donald, 2001 menunjukkan bahwa anak ayam yang di brooding 65o F selama 2 jam
selanjutnya temperatur brooder dinaikkan 95o F konstan, maka pada hari keempat
temperatur tubuh anak ayam 100,5o F, lebih rendah dari temperatur anak ayam
yang di brooding dari awal 95o F konstan sebesar 102o F. Akibat yang terjadi
adalah terganggunya metabolisme dalam tubuh anak ayam, yang berujung
terganggunya perkembangan sistem pencernaan, perkembangan bulu, perkembangan
sistem syaraf dan pertambahan bobot badan, terganggunya perkembangan sistem
immune dan tulang rangka.
Dikatakan lebih lanjut oleh W.A
Dozier dan Jim Donald bahwa temperatur brooder yang rendah mengakibatkan
meningkatnya kasus Ascites dan Water Belly sebesar 11 % dari anak ayam yang
dipelihara. Dengan terganggunya sistem immune berarti sel-sel limposit muda
yang terbentuk sejak awal kehidupan anak ayam, menjadi tidak dewasa/ lambat
dewasa. Sebagai akibatnya, organ pembentuk kekebalan yaitu bursa fabricius dan
thymus tidak berkembang dengan sempurna (rusak), sehingga proses biokimia
masuknya sel limposit ke dalam bursa fabricius dan thymus untuk menghasilkan
protein antibodi terganggu.
Rusaknya bursa fabricius dan thymus pada periode awal kehidupan anak ayam (brooding) berujung pada penekanan (supresi) sistem kekebalan atau dikenal dengan imunosupresi (Srigandono dan Lutfhi, 1987). Kekebalan adalah kemampuan untuk mempertahankan diri, menahan dan atau menanggulangi agen-agen perusak yang merugikan perkembangan anak ayam. Gangguan sistem pertahanan ini (imunosupresi) akan berakibat pada kasus-kasus infeksius yang bervariasi, baik dalam jenis maupun derajat keparahannya, bahkan cenderung infeksi kompleks akan terulang pada kehidupan anak ayam selanjutnya. Akibatnya tubuh ayam hanya mengandalkan program pengobatan, sehingga seolah- olah antibiotik tidak mampu mengeliminasai kasus-kasus infeksius (Toni Unandar, 1993).
Semoga Bermanfaat...
Rusaknya bursa fabricius dan thymus pada periode awal kehidupan anak ayam (brooding) berujung pada penekanan (supresi) sistem kekebalan atau dikenal dengan imunosupresi (Srigandono dan Lutfhi, 1987). Kekebalan adalah kemampuan untuk mempertahankan diri, menahan dan atau menanggulangi agen-agen perusak yang merugikan perkembangan anak ayam. Gangguan sistem pertahanan ini (imunosupresi) akan berakibat pada kasus-kasus infeksius yang bervariasi, baik dalam jenis maupun derajat keparahannya, bahkan cenderung infeksi kompleks akan terulang pada kehidupan anak ayam selanjutnya. Akibatnya tubuh ayam hanya mengandalkan program pengobatan, sehingga seolah- olah antibiotik tidak mampu mengeliminasai kasus-kasus infeksius (Toni Unandar, 1993).
Semoga Bermanfaat...
0 Response to "Pentingnya Pengelolaan Temperatur Brooder Untuk Memaksimalkan Performance Doc"
Post a Comment
semoga bisa bermanfat.