Pasca
menetas yaitu 24 jam pertama merupakan masa yang paling kritis pada pemeliharaaN
ternak unggas. Pada saat itu unggas akan mengenal lingkungan baru yaitu hidup
di luar telur. Pada saat penetasan, embrio unggas tumbuh dengan menggunakan
nutrien yang ada pada kuning telur, putih telur dan kerabang telur.
Kerabang
telur merupakan sumber mineral khususnya kalsium. Selama 24 - 48 jam setelah
penetasan anak ayam masih dapat memanfaatkan yolk (kuning telur sebagai sumber
nutrisi. Akan tetapi kondisi lingkungan yang baru memerlukan daya adaptasi yang
tinggi, baik dari segi pengenalan pakan, minum, temperatur maupun kelembaban
udara. Sehingga memerlukan penanganan yang serius agar tidak terjadi stres.
Kesalahan penanganan akan mengakibatkan pertumbuhan terganggu bahkan tingginya
mortalitas.
Penelitian-penelitian
menunjukkan bahwa berat badan pada awal kehidupan unggas akan berpengaruh pada
pertumbuhan dan akhirnya akan berpengaruh pula pada capaian berat badan akhir
dan performa produksi. Beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut :
Brooder/indukan
Manajemen
brooder atau indukan merupakan hal yang sangat penting pada awal pemeliharaan
unggas. Secara alami anak ayam masih dierami/dilidungi induknya agar tidak
kedinginan. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan bulu yang belum sempurna,
sehinga brooder/indukan berfungsi sebagai pengganti induk.
Suhu
tubuh unggas yaitu sekitar 39- 41°C. Sedangkan suhu yang dibutuhkan anak ayam
pada 2 hari pertama adalah 90 – 950 F (32 – 350 C) dan kemudian turun 5°F setiap
minggu. Kecukupan suhu indukan dapat dilihat dari perilaku anak ayam. Jika anak
ayam menjauh dari sumber pemanas berarti ayam kepanasan, begitu sebaliknya jika
mendekat dengan sumber pemanas berarti kedinginan. Posisi yang paling ideal
adalah anak ayam menyebar merata.
Biosekuriti
Anak
ayam yang baru menetas sangat sensitif terhadap penyakit. Kandang dan peralatan
kandang yang akan digunakan dipastikan sudah dilakukan desinfeksi dan fumigasi
agar tidak menjadi sumber penyakit. Di depan kandang disediakan bak desinfeksi
dan setiap orang yang akan masuk kandang harus mencelupkan kaki di bak
tersebut, sehingga penularan penyakit antar kandang dapat teratasi.
Vaksinasi
dilakukan jika direkomendasi oleh pembibit. Karena pada prinsipnya vaksinasi
adalah memasukkan bibit penyakit yang dilemahkan, sehingga pemberiannya sesuai
dengan status antibodi. Antibodi diproduksi oleh bursa fabricius dan thymus.
Anak ayam memiliki parental immunity/passive immunity/ immunitas dari induk.
Pada 3 hari setelah menetas parental immunity menurun hingga tinggal separuh
dan makin lama semakin menurun.
Kualitas udara
Sebelum
dan pada saat proses penetasan, telur dilakukan fumugasi menggunakan gas
formalidehid, oleh karena itu setelah telur menetas anak ayam membutuhkan udara
berkualitas baik sehingga dapat menyediakan oksigen yang cukup. Meskipun pada
saat itu membutuhkan ”brooder” akan tetapi ventilasi dan kebersihan kandang
harus diperhatikan. Apabila ventilasi tidak diperhatikan maka akan terjadi
akumulasi CO2 dan NH3 . Apabila CO2 dan NH3 terlalu tinggi akan mengakibatkan
gangguan kesehatan anak ayam bahkan secara ekstrim mengakibatkan kematian.
Disarankan oleh North (1978), bahwa kadar amoniak/NH3 tidak lebih dari 15 ppm,
sedangkan CO2 tidak boleh lebih dari 0,5%.
Air minum dan pakan
Pada
saat menetas, anak ayam masih memiliki cadangan air dan makanan yang berupa
kuning telur. Namun demikian keterlambatan pemberian air minum mengakibatkan
dehidrasi. Kadar air anak ayam saat menetas sekitar 85% dan jika kekurangan air
sebanyak 20% akan mengakibatkan kematian.
Pegiriman
anak ayam dari pembibit ke peternak membutuhkan waktu, semakin jauh jarak
lokasi maka sebanyak waktu yang dibutuhkan agar sampai ke peternak, oleh karena
itu disarankan untuk segera diberikan air minum dan sedikit pakan. Kontaminasi
air minum oleh bakteri akan mengakibatkan penyakit misalnya diare, sehinga
kebersihan air minum juga harus diperhatikan. Pemberian anti stres sangat
disarankan pada periode ini. Penggunaan air gula 3% juga sangat bermanfaat
sebagai bahan anti stres.
Nutrisi
pakan harus sesuai dengan standar kebutuhan. Ukuran partikel menjadi penting
pada periode ini. Hasil penelitian Nir et al. (1990) menunjukkan bahwa ukuran
paruh menjadi pertimbangan dalam menentukan ukuran partikel pakan. Ukuran
partikel pakan 0,7 mm memberikan respon konsumsi pakan dan pertumbuhan lebih
baik dari pada 0,5 – 0,6 pada broiler umur 7 hari.
Untuk
mengetahui apakah anak ayam sudah makan atau belum dapat dilakukan dengan
meraba tembolok ayam. Jika ½ bagian tembolok kosong merupakan indikasi bahwa
manajemen pakan belum optimal. Untuk itu perlu dilakukan koreksi terhadap
manajemen yang dilakukan.
Manajemen yang baik pada 24
jam pertama kehidupan unggas akan memberikan dampak terhadap performa yang
optimal. Hal ini tentunya dilanjutkan dengan pemeliharaan yang baik sesuai
standar yang ditentukan.
0 Response to "Menyambut Hangat Bayi Ayam (Kutuk)"
Post a Comment
semoga bisa bermanfat.