Menghadirkan Solusi Kandang Terbaik
Banyak
permasalahan yang dihadapi dalam sebuah peternakan ayam, begitu pula ketika
ingin melakukan ekspansi (penambahan pembangunan kandang, red) atau hanya
sekadar renovasi kandang. Permasalahan tersebut dimulai dengan ketersediaan
kayu yang semakin menipis dan sulit dicari. Jenis kayu, usia kayu menjadi dasar
pemikiran apakah kayu tersebut layak digunakan.
Permasalahan
peternak
Beberapa
peternak atau bisa dikatakan hampir semua peternak di Indonesia masih
memanfaatkan bambu atau kayu sebagai bahan dasar pembuatan kandang ayam mereka.
Beberapa di antara mereka menggunakan kayu dari pohon kelapa yang menurutnya
mudah dan kuat. Namun, dengan kondisi yang ada saat ini, keberadaan kayu
semakin menipis sehingga sulit untuk didapatkan.
Menurut
Drh. Cecep Muhammad Wahyudin, SH., MH selaku penggagas sekaligus perancang
kandang C2P, saat ini stok kayu kelapa semakin menipis atau berkurang. “Artinya,
kelapa yang umur muda pun saat ini sudah dipotong untuk dijadikan bahan
bangunan. Begitu pula jenis kayu yang lain, sudah mulai menipis ketersediaannya
yang tua. Sehingga, kualitas kandang akan lebih rendah dibandingkan kandang
terdahulu. Jika terpaksa menggunakan kayu tersebut, kandang akan cepat rusak,
tentunya akan membutuhkan renovasi sehingga dibutuhkan tambahan biaya
nantinya.”
Hal
ini yang menurut Cecep merupakan biaya yang tinggi dan tak pernah dirasakan
oleh para peternak. Untuk perawatan, renovasi semuanya membutuhkan pengeluaran
yang tidak sedikit. Mungkin dengan penggunaan bahan kayu tersebut, akan dapat
menekan biaya pembangunan awal. Namun nantinya pada periode ketiga atau keempat
sudah ada kemiringan pada bangunan. Periode selanjutnya kandang sudah tidak
kuat lagi menahan beban.
Permasalahan
selanjutnya ialah terletak pada kontur tanah. Kebanyakan tanah yang digunakan
oleh peternakan broiler biasanya berlokasi di wilayah yang berbukit-bukit,
pedalaman, dengan tingkat kemiringan tanah yang tinggi. Selain itu juga
penggunaan kandang yang relatif kecil dengan tingkat populasi yang rendah, di
bawah kisaran 6.000 ekor per kandang.
Kendala
utama dalam penggunaan kandang modern ialah harus dilakukannya cut and fill
atau meratakan tanahnya terlebih dahulu. Dengan melakukan cut and fill tentunya
akan memakan biaya yang besar pula, risiko longsor dan kerusakan alam juga
sangat tinggi pula. Sehingga terpaksalah seorang peternak masih menggunakan
bambu dan kayu yang sudah tidak memungkinkan lagi.
“Dengan
kondisi kandang yang berbukit dan berada di pedalaman, otomatis akses masuk ke
lokasi juga sulit. Jalan yang kecil, menanjak, maksimum hanya bisa dimasuki
oleh truk yang sedang atau double. Sementara jika ada peternak besar yang ingin
membangun closed house dengan posisi berada di perbukitan, serta harus
dilakukannya cut and fill, moving untuk barang closed house tentunya menjadi
kendala tersendiri,” kata Cecep.
Karena,
tambah Cecep, pembangunan closed house ini membutuhkan elemen atau bahan
bangunan yang panjang dan besarbesar. Sehingga terkendala ketika harus masuk ke
lokasi pembangunan. Sangat tidak mungkin mengangkut menggunakan truk fuso untuk
menuju lokasi.
Selain
itu, ketika membutuhkan bantuan dana dari pihak bank. Sebuah bank juga akan
tidak mau memberikan pinjaman kredit ketika kondisi tersebut untuk pemekaran,
penambahan kapasitas atau pembaharuan kandang. Akan sangat sulit mendapatkan
kredit jika menganggunkan kandang sebagai jaminan. Hal ini dikarenakan bangunan
yang tidak permanen, nilai kandang yang tidak jelas.
Dari
keseluruhan permasalahan kandang konvensional yang masih mempergunakan bambu
atau kayu, kendala utama ialah risiko force major atau terkena bencana
sangatlah tinggi. Hal ini yang menyebabkan salah satu sebab perkembangan peternakan
yang dirasa cukup lambat. Padahal masih banyak peluang untuk mengembangan
industri perunggasan ini.
Sebuah
jawaban kandang terbaik
Untuk
menjawab kondisi permasalahan itulah, hadir kandang modern sistem knock down
dengan brand C2P. Dapat digunakan untuk kandang ayam broiler, layer maupun
breeding. Dengan menggunakan rangka baja ringan Galvanis yang tahan lama
sehingga dapat menghemat pengeluaran peternak dalam hal maintenance kandang.
Kandang C2P dibuat dan dirancang berdasar atas
pengalaman yang ada. C2P yang berasal dari nama penggagas dan pencipta kandang,
yakni Cecep, optimis dapat menjawab kondisi permasalahan perkandangan yang ada
tentunya dengan biaya yang bersaing. Sekitar 2 tahun yang lalu, muncul ide
untuk memberikan solusi dari permasalahan. Akhirnya, Cecep mengumpulkan
beberapa kontraktor baja ringan di Indonesia untuk memberikan satu solusi
gambaran.
“Saya
minta untuk melakukan riset dan menghitung konstruksi kandang yang sesuai
pemikiran Saya. Dari semua kontraktor yang ada, banyak yang tidak dimengerti
oleh mereka karena keterbatasan alat pengujian, sehingga over speck yang
menyebabkan harga yang tidak ekonomis untuk sebuah kandang. Akhirnya bertemu
dengan United Ivory sebuah perusahaan baja ringan dari Malaysia dan ternyata
sesuai,” ungkap Cecep.
Selain
itu, Cecep juga melakukan riset bersama ahli-ahli konstruksi pondasi yang
sesuai dengan kondisi di Indonesia dengan pertimbangan ekonomis. Juga
menyiapkan pondasi yang tahan gempa, tahan longsor dan murah sehingga sangat
cocok di daerah perbukitan.
Dengan
rancangan tersebut, dijamin oleh Cecep bahwa rancangan kandang miliknya ini
bisa tahan gempa. Selain itu juga mampu menahan kecepatan angin sekitar 100 km/
jam. Kandang C2P sangatlah fleksibel untuk dapat diterapkan dan dibangun, hal
ini dikarenakan terbuat dari baja ringan Galvanis sehingga tahan lama, tahan
karat, konstruksi yang kuat. Bisa dibangun di kontur yang ekstrim sekalipun, di
perbukitan dengan kemiringan 300 masih bisa diterapkan, serta tempat terpencil
juga bukan suatu masalah tersendiri. Selain itu juga dapat di-custom, bisa
disesuaikan ukuran, kontur dan lainnya.
“Usia
kandang C2P bisa lebih lama dari kandang konvensional yang menggunakan bambu
atau kayu, bisa sekitar 2-3 kalinya,” tegas Cecep. Proses moving menuju lokasi
kandang juga dapat diakomodir oleh C2P, karena sudah di-setting elemennya bisa
dimuat menggunakan truk double atau engkel sehingga tidak mengalami kesulitan
untuk sampai lokasi.
Pihak
bank selaku pemberi kredit juga telah berani memberikan kucuran kredit, bagi para
peternak yang menggunakan kandang C2P sebagai jaminan. “Yang terakhir ialah
sangat murah, efisien dan ekonomis jika dibandingkan dengan yang lain. Jadi
harganya ada di kisaran 1,5 kali dari kandang konvensional. Jika kandang
konvensional menggunakan kayu kelapa berkisar Rp.30.000 per ekor, maka kandang
C2P hanya di kisaran Rp.35.000 per ekor. Jika ditambah untuk slat, biaya
pendirian, tempat pakan, pondasi, total per ekor tak lebih dari Rp.50.000. Itu
sudah siap pakai,” jelas Cecep.
Konstruksi
yang dimiliki oleh C2P bisa disesuaikan untuk 3 jenis kandang, yakni open
house, tunnel system, closed house. Dengan penerapan 2 lantai atau double deck
kapasitas 7.000 per unit kandang, ukuran 8 x 48 meter. Kandang C2P telah
melakukan pilot project dengan membangun kandang milik PT. QL Trimitra di
daerah Mariwati, Cianjur, Jawa Barat. Dengan kondisi sesuai permasalahan yang
ada. Yakni berada di lokasi yang terpencil, kontur tanah berbukit dengan
kemiringan antara 200-300 , akses jalan yang kecil, serta kondisi lingkungan di
mana angin sangat kencang mencapai 50-60 km/ jam. Sudah dilakukan chick in yang
ketiga tanpa mengalami permasalahan sedikit pun mengenai konstruksi.
Hasil
dari pilot project ini, pembangunan kandangnya sangat singkat. Setelah proses
footing, instalasi kandang hanya membutuhkan waktu 3 hari konstruksi utama per
unit. Jadi sangat efisien dari segi tenaga kerja yang membangun.
“Dengan
kapasitas 45.000 ekor, total waktu pembangunan hanya memakan waktu 3 bulan bisa
jadi, tanpa cut and fill,” kata Drh. Ude Ahdar Ma’ruf selaku pengguna dari PT.
QL Trimitra. Perbedaan dengan kandang baja ringan yang lain, tambah Ude,
kandang C2P unggul di tempat-tempat yang ekstrim. Lebih simple dengan kualitas
yang sama dan harga yang lebih murah.
“Selama
pemeliharan, tidak ada kendala yang dialami justru malah banyaknya kelebihan.
Secara teknis, karena konstruksi yang rata jadi positioning tempat pakan, minum
bisa lebih rata sehingga penyebarannya juga rata. Seekor ayam akan mendapatkan
jatah makan dan minum yang maksimal, mendapatkan density bagi kehidupannya juga
akan lebih merata,” kata Ude yang merupakan QA and FH Manager.
Direktur
CV. Cipta Cahaya Perwiratama, Anggara Panca Bayu, menyatakan optimisme
pemasaran kandang C2P akan bisa menjawab problematika pembangunan kandang. “Ini
suatu terobosan baru untuk menuju peternakan yang modern. Kandang C2P merupakan
solusi bagi peternak kecil, dengan populasi rendah biaya rendah namun tetap
menguntungkan.”
0 Response to "Menghadirkan Solusi Kandang Terbaik"
Post a Comment
semoga bisa bermanfat.