KORISA, SENANTIASA MEMBAYANGI KEHIDUPAN AYAM
Sekarang Mudah Diatasi
Korisa bukanlah penyakit yang baru, kasus
penyakit ini ditemukan sudah pada tahun 1932 yang diketahui diakibatkan adanya
infeksi bakteri. Penyakit ini menyerang sistem pernapasan ayam bagian atas.
Korisa paling banyak menginfeksi ayam layer/petelur namun juga ditemukan
juga pada ayam pedaging. Saat menyerang ayam Layer/petelur, produksi telur akan
berkurang dengan kisaran 10-14%. Derajat kesakitannya pun sangat tinggi,
mencapai 100%. Dan setelah terinfeksi, seusia hidup ayam akan “membawa” bakteri
ini.
Kasus
ini ialah infectious coryza atau yang lebih kita kenal dengan
sebutan korisa atau snot. Kasus ini tentu sudah sangat familiar di peternak. Ditambah lagi kasus ini senantiasa gampang ditemukan atau boleh dikatakan
penyakit yang “wajib” muncul di peternakan, ditambah lagi dengan sistem
pemeliharaan multiage, yaitu dalam sebuah lokasi peternakan terdiri
dari beberapa usia ayam.
Infectious
coryza penyebabnya adalah Haemophilus
paragallinarum. Bakteri ini adalah bakteri Gram Negatif yang bersifat
fakultatif anaerobik, yang artinya dapat hidup pada media yang ada maupun
tidak ada oksigennya. Bakteri ini berbentuk batang pendek (coccobacilli),
tidak bergerak (non motil) dan tidak membentuk spora.
Gejala Yang Muncul
Apabila
Ayam terinfeksi, maka umumnya akan menunjukkan gejala klinis dalam waktu 1-3
hari. Hal tersebut dinamakan waktu inkubasi, yaitu waktu tenggang waktu
awal infeksi hingga munculnya gejala ayam sakit. Manfaat mengetahui waktu inkubasi ini ialah
dapat membantu dalam penentuan waktu yang tepat untuk melakukan Program pembersihan/ Cleaning programe atau pemberian antibiotik untuk pencegahan.
Misalnya, di peternakan korisa sering menyerang usia 42 hari, dengan
berdasarkan waktu inkubasi
1-3 hari ini, maka pemberian antibiotik sebagai Program pembersihan/ Cleaning programe dapat dilakukan pada usia 39 hari. Dan lama
serangan penyakit ini sangat bervariasi, rata-rata 6-14 hari.
Gejala
klinis atau gejala yang terlihat secara kasat mata akibat serangan korisa
antara lain bersin diikuti keluarnya eksudat yang awalnya berwarna kuning encer
lambat laun menjadi kental, bernanah, berbau busuk. Selain itu, mata membengkak
dan tertutup serta pembengkakan sinus infraorbitalis. Gejala ini dengan gampang dapat dikenali, ditambah lagi kasus korisa ini cenderung selalu berulang pada
setiap periode pemeliharaan.
Perubahan
patologi anatomi atau perubahan yang terlihat saat dilakukan bedah bangkai ialah
pada sinus infraorbitalis (sinus hidung) ditemukannya eksudat dan terjadi
haemorrhagie dan oedema pada mukosanya. Sedangkan pada trakea terdapat eksudat
serous hingga mukoid
dan kantung udara mengalami peradangan.
Pahami karakternya untuk penanganan
Seperti
yang disebutkan sebelumnya, bakteri penyebab korisa (H paragallinarum)
merupakan bakteri Gram ( - ). Hal ini akan memudahkan dalam pemilihan
antibiotik yang akan digunakan, karena sebagian besar antibiotik yang tersedia dapat membunuhnya. Hanya saja yang perlu menjadi pertimbangan lebih dalam lagi
ialah lokasi predileksi atau lokasi yang disukai bakteri korisa untuk
berkembang biak di sinus infraorbitalis (sinus hidung) yang notabene jumlah
pembuluh darahnya relatif sedikit. Dengan kondisi ini harus dipilih antibiotik
yang memiliki daya serap tinggi ke jaringan. Dan antibiotik ini antara lain
dari golongan fluoroquinolon (enrofloksasin, ciprifloksasin), makrolida
(tylosin), sulfonamida, tetrasiklin (doxycycline, tetracycline) atau
aminoglikosida (gentamicin, kanamicin, streptomicin).
Derajat
keparahan yang terjadi akibat serangan korisa biasanya bervariatif antar ayam,
mulai ringan, sedang hingga berat (mata tertutup, muka bengkak). Kondisi ini
perlu dipertimbangkan dalam aplikasi pemberian obat. Ditambah lagi, angka
kesakitan dari penyakit ini begitu tinggi. Dengan derajat keparahan yang
bervariasi ini, langkah seleksi, isolasi dan pengelompokan sangat diperlukan.
Ayam dengan derajat keparahan
tinggi sebaiknya dipisahkan atau diletakkan kandang paling ujung atau kandang
terpisah. Hal ini untuk memudahkan dalam pengobatan. Saat kondisi parah (berat)
biasanya ayam nafsu makan dan Haemophilus paragallinarum minumnya benar-benar
drop (menurun drastis). Dengan kondisi ini, pemberian obat sangat direkomendasikan
diberikan secara injeksi atau suntikan. Dan biasanya yang dipilih adalah obat
golongan aminoglikosida (gentamicin, kanamicin, streptomicin). Sedangkan untuk
kondisi ringan hingga sedang,
pemberian obat melalui air minum masih dapat dirasakan efektif.
Eksudat
yang keluar dari hidung adalah media penularan yang sangat efektif antar ayam,
terutama untuk kandang dengan tempat minum paralon. Seringkali ditemukan di
lapangan, kasus korisa ini terjadi berulang dan terusmenerus, ditambah lagi
jika tidak ada seleksi. Saat pengobatan berakhir ayam Pembengkakan sinus hidung
(www. merckvetmanual.com) kelihatan sembuh, namun 1 minggu setelah pengobatan
kasusnya muncul lagi. Fenomena ini sering ditemukan. Dan hal ini jika
dianalisis lebih dalam dapatdikarenakan variasi derajat keparahan
yang menyebabkan efek pengobatan tidak merata (ada ayam yang sudah sembuh, ada
juga yang “kelihatan” sembuh atau belum sembuh total). Saat kondisi tidak
optimal ayam yang “kelihatan” sembuh akan kambuh lagi. Di sinilah pentingnya dilakukan
seleksi, isolasi dan pengelompokan. Selain itu, setelah pengobatan perlu
sekiranya dilakukan desinfeksi air minum menghilangkan sisa-sisa bakteri yang
mungkin mencemari air minum. Pemberian vitamin juga diperlukan untuk
mengembalikan stamina, memperbaiki membran sinus hidung yang rusak dan
meningkatkan nafsu makan.
Ayam
yang sudah sembuh berperan sebagai carrier atau agen penularan. Atau dengan
kata lain meskipun ayam sudah sembuh namun di dalam tubuhnya masih
terdapat H. paragallinarum dalam jumlah rendah, yang
sewaktu-waktu dapat berkembang dan menyebabkan outbreak atau penularan ke ayam
lain (biasanya ke ayam dengan usia lebih muda). Saat stamina tubuh ayam
menurun, baik karena kondisi lingkungan yang tidak nyaman (perubahan musim,
kadar amonia tinggi) maupun stres, biasanya akan memicu serangan penyakit ini.
Dan jika diamati pada produksi telur akan terlihat pola grafik yang naik turun
seperti mata gergaji.
Dengan
karakteristik carrier pada kasus korisa ini perlu sekiranya dilakukan langkah
komprehensif (menyeluruh), ditambah lagi waktu kemunculan kasus korisa ini
seringkali tidak terprediksikan. Langkah komprehensif ini meliputi :
1. Manajemen yang baik
seperti penerapan all in all out (dalam 1 lokasi farm hanya ada 1 usia), jika
dirasakan sulit maka dapat dengan pengaturan tata letak kandang, alur keluar masuk
pegawai, peralatan maupun sarana transportasi
2. Biosekuriti secara ketat
meliputi pengaplikasian point 1 (manajemen yang baik), desinfeksi kandang dan
lingkungan kandang secara rutin, sanitasi air minum
3. Pengaplikasian Program
pembersihan/ Cleaning programe , yaitu pemberian antibiotik
sebagai upaya pencegahan sebelum kasus korisa outbreak. Agar Program pembersihan/ Cleaning programe ini dapat berjalan optimal, sangat diperlukan data terkait usia maupun periode
serangan korisa
4. Vaksinasi dengan tepat, baik tepat jenis vaksin,
aplikasi maupun jadwal. Vaksinasi menjadi pilihan untuk mengatasi korisa. Saat
ayam sudah divaksin, diharapkan di dalam tubuhnya sudah terbentuk antibodi yang dapat melindungi dari serangan korisa. Adanya antibodi akibat korisa ini dapat diibaratkan sebagai “satpam” yang siap siaga menghalau infeksi bakteri korisa.
Vaksin korisa yang tersedia biasanya dalam bentuk inaktif dengan 2 atau 3
kandungan bakteri korisa. Oleh karena itu, jadwal vaksinasi korisa hendaknya
dilakukan 3-4 minggu sebelum usia yang sering outbreak korisa sehingga titer
antibodi dalam tubuh sudah protektif (optimal). Biasanya program vaksinasi
korisa ini dilakukan 2 kali sebelum mulai berproduksi telur. Mengenai jenis
vaksin maupun jadwal vaksinasi sangat variatif dan tergantung dari kondisi
masingmasing farm.
5. Penyemprotan dengan CERDEX saat mulai terdengar ada
ayam yang menunjukan gejala cekrek/ ngorok sehingga penyakit tidak menyebar
lebih luas. CERDEX sudah terbukti efektif dalam mengatasi kasus Cekrek pada
ayam sejak lama. Jangan mengambil resiko dengan mencoba sesuatu yang belum
terbukti efektifitasnya. Setiap hari yang berlalu akan semakin memperparah
penyebaran penyakit
Sekali menyerang, bakteri korisa akan senantiasa ada di dalam tubuh ayam (carrier), dan sewaktu-waktu dapat menunjukkan keganasannya (outbreak). Karakter ini perlu dipertimbangkan agar dapat mengatasi kasus korisa secara optimal. Selamat beraktivitas dan sukses selalu. Semoga bermanfaat...
0 Response to "Korisa, Senantiasa Membayangi Kehidupan Ayam, Sekarang Mudah Diatasi"
Post a Comment
semoga bisa bermanfat.